Sejarah Beberapa Makanan Yang Berbahan Dasar Mie



1.     Ramen

Mie ramen yang populer sebagai salah satu hidangan khas Jepang ternyata memiliki sejarah yang unik dan dapat disaksikan di Instant Ramen Museum.Mie ramen yang populer sebagai salah satu hidangan khas Jepang ternyata memiliki sejarah yang unik dan dapat disaksikan di Instant Ramen Museum.
Jepang terkenal sebagai salah satu negara Asia yang menjadi surga bagi pecinta kuliner. Beragam makanan khas Jepang seperti sushi, takoyaki, dan shasimi tentu sudah tak asing lagi bagi lidah orang Indonesia.Animo masyarakat akan kuliner khas Jepang menjadi cikal bakal berdirinya resto-resto khas Jepang di beberapa kota besar di Indonesia. Salah satu makanan khas Jepang yang populer di Indonesia saat ini adalah mie ramen.

Mie ramen pertama di dunia diciptakan pada tahun 1910 di Jepang. Kala itu seorang koki China di restoran Rairaikan Tokyo mencoba membuat sebuah signature dish yang terdiri dari kaldu dan mie China yang berwarna kuning dan bertekstur elastis.Mie China yang saat itu digunakan sang koki memiliki tekstur yang lebih elastis bila dibandingkan dengan mie ramen saat ini.
Hal ini karena sang koki menambahkan sodium karbonat ketika membuat adonan mie.Hidangan ini kemudian populer dan dinamakan shina soba. Kata shina sendiri terdengar seperti pengucapan kata “China” , dan kata soba yang berarti mie soba. Kendati demikian, komposisi shina soba ini berbeda dengan komposisi soba Jepang, yakni pada penggunaan gandum sebagai bahan baku pembuatannya.

Beberapa tahun kemudian kepopuleran shina soba mulai meluas dan membuat semua restoran Jepang berkreasi membuat hidangan shina soba dengan bahan-bahan khas lokal.Keadaan politik dunia serta kekalahan Jepang pada Perang Dunia ke II ternyata turut mempengaruhi perkembangan shina soba sebagai cikal bakal mie ramen modern.Saat itu penggunaan kata shina dianggap sebagai simbol agresi imperialis serta dianggap sebagai sebuah bentuk penghinaan rasis yang mengerikan.

Jadilah pada saat itu kata shina soba diganti menjadi kata Chuka Soba.Penggunaan kata Chuka Soba ini tidak bertahan lama karena setelah 1958, sebuah perusahaan mie instan ternama di Jepang mengeluarkan sebuah produk Chuka Soba pertama dalam bentuk instan yang diberi nama Chikin Ramen.Pemilihan kata ramen sendiri berasal dari bahasa China “la” yang artinya menarik, dan “mien” yang artinya mie. Jadi, kata ramen digunakan untuk menggambarkan sebuah produk kuliner berupa mie yang cara pembuatannya harus melalui proses tarik menarik adonan.

Museum mie ramen instan di Jepang Kini semua kisah menarik seputar sejarah mie ramen instan dapat Anda temui langsung di Instant Ramen Museum. Museum unik yang terletak di daerah Tokyo dan Osaka ini menyajikan banyak cerita seputar perkembangan mie ramen instan sejak tahun 1958 hingga saat ini.

Tak hanya itu, Anda juga bisa berkreasi dengan desain kemasan cup noodle pada media yang telah disediakan.Setelah puas mendesain kemasan mie instan, Anda dapat mengisi cup noodle tersebut dengan mie, bumbu dan bahan pelengkap sesuai selera.Jadi, bagi Anda para pecinta kuliner, jangan sampai melewatkan kisah di balik terciptanya ramen.

Berkunjung ke Instan Ramen Museum merupakan salah satu agenda wisata yang akan menambah pengetahuan Anda seputar dunia kuliner. Namun jika food lovers ingin menikmati ramen tanpa harus jauh jauh pergi ke jepang, food lovers bisa mampir ke Food Centrum yang terletak di sunter Jakarta utara.

2.     Pad Thai


Beragam variasi mie dikenal di Asia. Seperti Pad Thai khas Thailand. Sajian mie goreng yang diberi bumbu dan rempah yang unik. Mie, udang kering, sayuran, dan lemon yang berpadu di dalamnya.

Menurut catatan sejarah, Pad Thai atau Kway Teow Pad Thai sebenarnya bukan sajian asli Thailand. Mie sebagai bahan utamanya bukanlah makanan yang berasal dari negeri gajah putih ini, namun pengaruh dari Tiongkok.

Menu ini tergolong lengkap dan mengenyangkan. Selain mie ada udang, tauge, lobak, kacang, dan telur dadar. Rasa manis, gurih, dan sedikit asam dari jeruk lemon berpadu serasi. Dahulu, Pad Thai lebih sering hadir sebagai makanan kaki lima dan disajikan di atas daun pisang dan koran.

Kabarnya, sebelum tahun 1940-an, Pad Thai belum terkenal seperti sekarang. Menjadi populer ketika seorang Plaek Pibulsongkram yang diketahui sebagai diktator Thailand dari tahun 1938 - 1944 dan 1948 – 1957 memutuskan bahwa Thailand membutuhkan mie untuk memajukan industri dan ekonomi.

Setelah mengganti nama Siam menjadi Thailand, ia juga mengganti kebiasaan orang Thailand memakai tangan untuk makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Selain itu, ia memperkenalkan Pad Thai, menu buatan rumahnya untuk dinikmati masyarakat Thailand. Mengonsumsi Pad Thai pada zaman itu adalah suatu tindakan patriotik. Hebatnya tetap dipertahankan masyarakat Thailand hingga sekarang.

Pemilihan mie dalam Pad Thai karena banyaknya keturunan Tiongkok yang ada di Thailand. Wujud Pad Thai juga hasil campuran dari berbagai bangsa. Mie yang digunakan mirip seperti Pho atau mie khas Vietnam. Sedangkan, Pad Thai juga menggunakan asam seperti makanan khas India.

Walau masyarakat Thailand kelihatan dipaksa untuk mengonsumsi makanan ini, namun Pad Thai berhasil menjadi hidangan khas. Plaek Pibulsongkram telah tiada, Pad Thai masih dinikmati di Thailand, bahkan tersebar ke seluruh dunia.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak orang yang membuat Pad Thai dengan teknik dan tampilan yang lebih praktis dan sederhana. Penjaja kaki lima juga menyediakan Pad Thai sebagai menu andalan.

Pada tahun 2011, Pad Thai masuk ke dalam jajaran makanan paling enak sedunia di dalam jajak pendapaf CNN Go. Bila Anda ingin membuat Pad Thai, klik saja resepnya di sini.

3.     Mie Ayam


mie ayam sendiri adalah makanan hasil akulturasi budaya yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Mie ayam pada awalnya berasal dari Tiongkok Selatan sekitar daerah pelabuhan di Fujian dan Guandong. Pada tahun 1870, Pemerintah Hindia Belanda melakukan politik keterbukaan di daerah jawa, efek dari politik keterbukaan tersebut menyebabkan adanya imigran dari Tiongkok dan Arab. “Vreemde Oosterlingen” itulah sebutan Hindia Belanda bagi orang yang bermukim Jawa dan merupakan penduduk timur asing.
Karena politik keterbukaan, banyak sekali orang asing yang bekerja di Jawa. Penduduk yang paling banyak di Jawa adalah mereka orang asing yang berasal dari Tiongkok Selatan. Dengan banyaknya orang Tiongkok yang bekerja di Jawa, membuat prefensi selera makan penduduk yang tinggi. Selain itu juga, orang Tiongkok terkenal dengan menikmati hidupnya untuk makan seenaknya setelah bekerja seharian penuh. Karena filosofi dan rasa kangen dengan daerah mereka yang terkenal dengan mie itu, maka mereka membuat makanan legendaris yaitu mie ayam.

Terbentuknya dan berkembangnya mie ayam tidak terlepas dari perkembangan makanan yang di masa tersebut termasuk makanan yang populer yaitu “Caudo”. Bagi masyarakat jawa, caudo sering disebut dengan soto. Caudo sendiri mulai masuk dan berkembang di nusantara terutama di pesisir Jawa setelah terjadinya Perang Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830.  Pada awal perkembangannya, caudo atau soto hanya dikenal di Lamongan dan Kudus. Jenis soto pada daerah Lamongan dan Kudus adalah soto yang memiliki kuah bening. Kuah bening dari soto Lamongan dan Kudus mengambil filosofi dari “wening ing ati” atau bening di hati. Tetapi karena perkembangan selera makan masyarakat, soto Lamongan dan Kudus meninggalkan kuah bening tersebut, pada penjual menambahkan beberapa bumbu khas semisal koya dan ebi yang menyebabkan kuah soto menjadi kuning dan kental.

Komsumsi soto Lamongan dan Kudus semakin besar terjadi pada tahun 1932 saat terjadinya pemogokan buruh kereta api di Surabaya. Karena peminat soto yang banyak, soto mulai berkembang pada kampung-kampung kecil. Pernah dengar Soto Sulung? atau Soto Ambengan? nama dari soto-soto tersebut adalah nama kampung di Surabaya. Mereka meracik soto dengan bumbu-bumbu yang menjadi ciri khas dari masing-masing kampung tersebut. Selain soto yang bernama khas Surabaya ada juga Soto Madura. Soto Madura adalah soto yang awal mulanya diracik oleh para peranakan Tiongkok di Surabaya, orang yang membantu dalam memasak dan meracik soto tersebut adalah orang berketurunan Madura. Setelah mereka mendapatkan ilmu yang cukup, mereka mendirikan usaha sendiri dan menamakan Soto Madura.

Pada tahun 1880, makanan soto mulai menurun popularitasnya. Pada suatu acara Cap Go Meh di daerah Semarang, para peranakan elite yang disebut Kong Koan mengundang para ahli masak masakan Tiongkok untuk diadu kemampuannya. Masakan yang disajikan haruslah berbahan dasar mian (mie) yang berasal dari tepung terigu maupun tepung beras, mifen (bihun), mian xian (misoa), lumian (lomi), dan guotiao (kwetiau). Selain mie, para ahli masak juga menyajikan makanan pendamping yaitu bianshi atau pangsit. Adu kemampuan ini juga diisi dengan kemampuan para ahli masak untuk memasak dan menyajikan jenis-jenis tim sum (dim sum) seperti ruo bao (bakpao), ruo zong (bacang), nunbing (lumpia). Dari perlombaan tersebut yang memenangkan untuk masakan mie adalah orang pernakan Batavia dan yang memanangkan masakan Tim Sum adalah seorang ibu-ibu peranakan Tiongkok dari Bandung.

Inilah yang menyebabkan kalau masakan yang berbahan dasar tepung dan berbentuk mie dikuasai oleh orang-orang yang berasal dari Jakarta, dan terbentuklah makanan Mie Ayam Jakarta. Sedangkan untuk makanan yang sifatnya dikukus atau tim sum dikuasai oleh orang-orang yang berasal dari Bandung, nah karena ini pula terciptanya sebuah makanan ringan yang fenomenal yaitu siomay bandung yang enak itu

Perkembangan dan popularitas dari masakan khas Tiongkok pada masa tersebut juga disaingi oleh masakan bergaya Arab. Pusat dari perkembangan masakan bergaya Arab ini ada di Solo dan Semarang tapi yang paling terkenal ada di daerah Solo. Tidak seperti masakan Tiongkok yang banyak pilihannya dan menjadi ikonik di negeri ini, masakan Arab yang bisa kita nikmati dan merakyat hanya ada Tongseng dan Gulai. Para jagoan dan ahli masak masakan Arab bukanlah mereka peranakan Arab tetapi orang asli keturanan Jawa yang berasal dari kawasan Karanggede, yaitu wilayah utara Solo dekat dengan Boyolali.

Pada tahun 1950-an masakan Arab mengalami penurunan yang kemudian diganti dengan popularitas masakan Padang. Masakan Padang sendiri mulai berdiri di Jawa pada tahun 1950-an. Wilayah Pasar Senen adalah kawasan pusat dari orang-orang dan pedagang dari Minang. Orang minang sendiri tidak hanya terkenal yang dengan masakan yang serba gurih, asin, dan pedas, tetapi juga pintar dalam berkata-kata. Mereka (Orang Minang) mendirikan sebuah komunitas yang bernama Komunitas Gelandangan Senen. Komunitas ini adalah tempat berkumpulnya para penyair, seniman, dan pujangga. Banyak tokoh seniman yang kita kenal berasal dari komunitas ini, contohnya: Chairil Anwar, Djamalludin Malik, Sukarno M Noor, Adam Malik, dan terkadang ada juga Tan Malaka.

Saat para seniman seperti Chairil Anwar, Adam Malik, dan Djamalludin Malik sudah menjadi orang yang populer, para pedagang di Pasar Senen membuat sebuah jaringan warung masakan padang dengan nama “Salero Bagindo” dan pada tahun 1970-1980 menjadi penguasa jaringan masakan padang di kawasan Jakarta Pusat. Semenjak populernya masakan padang “Salero Bagindo” menyebabkan para pedagang masakan kecil dari beberapa wilayah, seperti Pariaman yang terkenal dengan satenya, Solok yang terkenal dengan ayam bakaranya, dan Bareh Tanamo.

Dari semua makanan diatas, mie ayam adalah salah satu primadona masyarakat Indonesia. Cita rasa mie ayam yang khas dan teksture mie yang disajikan telah menjadi ciri khas dari makanan Indonesia. Mie ayam juga tidak hanya merambah kalangan bawah saja, tetapi kalangan atas pun tidak luput untuk dijangkau oleh jenis makanan ini.


4.     Mie Soba




Soba (蕎麦 atau そば?) adalah salah satu jenis mi Jepang yang dibuat dari tepung gandum kuda. Dalam bahasa Jepang, tumbuhan serealia gandum kuda juga disebut "soba". Selain itu, istilah "soba" juga bisa berarti mi telur asal Cina yang dimasak menjadi yakisoba atau ramen.

Orang Jepang mempunyai tradisi memakan soba di malam tahun baru. Soba yang dimakan di malam tahun baru disebut toshikoshi-soba(soba melewatkan tahun). Selain itu juga terdapat tradisi memakan soba sewaktu baru pindah rumah. Soba yang dimakan untuk merayakan tempat tinggal yang baru disebut hikkoshi-soba (soba pindahan).

Pembuatan mi dari tepung gandum kuda baru dimulai sejak abad ke-16 atau abad ke-17. Sebelumnya, tepung gandum kuda hanya dinikmati sebagai sobagaki, tepung diencerkan dengan air panas dan dibentuk seadanya.

Di zaman dulu, mi dari tepung gandum kuda disebut sobakiri. Catatan tertua tentang tepung gandum kuda yang dibuat mi (sobakiri) tertulis dalam buku catatan kuil Jōshō-ji, desa Ōkuwa, Prefektur Nagano. Sewaktu kuil selesai dipugar tahun 1574, "sobakiri" termasuk ke dalam daftar barang sumbangan yang diterima untuk penyelenggaraan selamatan.

Soba-ya (蕎麦屋 penjual soba?) adalah sebutan untuk rumah makan yang khusus menyajikan soba, tetapi sekaligus bisa juga menyajikan udon. Soba yang harganya murah sangat digemari penduduk Edo. Soba-ya mulai dikenal sejak pertengahan zaman Edo, karena pedagang kaki lima banyak yang membuka warung soba setelah dilarang berdagang secara kakilima. Pada tahun 1686, Keshogunan Edo melarang pedagang kakilima seperti pedagang soba dan udon berkeliling membawa kompor.

Di berbagai stasiun kereta api di Jepang sekarang bisa ditemui warung tachigui-soba sebagai penerus tradisi soba kakilima. Warung-warung seperti ini mengharuskan orang makan berdiri karena tidak menyediakan kursi untuk duduk.

Sebagian besar penjual soba juga mempunyai layanan pesan antar yang sudah dikenal sejak zaman Edo. Di zaman dulu, pengantar soba mengantarkan pesanan dengan berjalan kaki atau kalau perlu sambil berlari. Soba dibawa di dalam kotak kayu yang disebut Okamochi, dan pembayaran dilakukan kemudian sewaktu mengambil piring atau mangkuk yang sudah kosong.

Seusai Perang Dunia II, pengantar soba mulai menggunakan sepeda atau sepeda motor. Tumpukan kotak soba yang ada di pundak dipegangi dengan sebelah tangan, sementara tangan yang sebelah lagi memegangi stang. Setelah diciptakannya "nampan stabil" yang dipasang di atas boncengan sepeda atau sepeda motor, tumpukan piring soba tidak lagi terjatuh, dan mangkuk berkuah tidak lagi tumpah sewaktu pengemudinya berbelok.
5.     Sohun


Sohun atau soun (suun) adalah mi halus yang dibuat dari pati. Setelah direbus atau direndam, sohun berwarna bening, bertekstur kenyal, dan memiliki permukaan yang licin. Di antara berbagai jenis pati yang bisa dijadikan bahan baku adalah pati kacang hijau, umbi (kentang,ubi jalar, tapioka), sagu, aren, dan midro (ganyong). Sohun berbeda dari bihun.

Dijual dalam keadaan kering dan terlipat seperti sarang burung, sohun direbus atau direndam hingga agak lunak sebelum digunakan untuk berbagai masakan tumis dan sup. Sohun hampir-hampir tidak memiliki rasa, namun menyerap kaldu dan rasa bahan-bahan lain yang dimasak bersamanya. Tanpa direndam air lebih dulu, sohun bisa langsung digoreng hingga garing, dan dipakai sebagai alas atau penghias makanan.

Geliat kemajuan desa Manjung sebenarnya sudah mulai sejak tahun 1970 an. Adalah Bp. Somosuwito warga desa yang mengabdi pada seorang Cina di kota Klaten pemilik perusahaan soon. Saat itu tahun 1960 Bp. Somo sebagai pegawai di sana dan dengan kegigihannya beliau mengusai teknis pembuatan soon. Maka pada tahun 1965 Bp.

Somo memulai usahanya membuat mi soon dengan alat seadanya. Dinamika seorang usaha telah dialaminya, mulai dari kesulitan mendapatkan bahan baku, kegagalan produksi, sulitnya memasarkan produk sampai kritik pedas di media massa bahwa soonnya tidak higienis karena ketika itu proses pengadukan adonan bahan baku menggunakan kaki. Sebagaimana layaknya seorang wirausahawan, pak Somo dan beberapa kawan yang telah ikut-ikutan memproduksi soon mempunyai pandangan hidup yang jelas yaitu: kegagalan itu sebenarnya hanya kesuksesan yang tertunda. Jadi kegagalan-kegagalan selalu dijadikan bahan pelajaran dan kritikkan dari siapapun diterima demi kemajuan usahanya.

6.     Hokkien Char Mee




Juga dikenal sebagai mie Hokkian, hidangan mi goreng ini disiram dengan kaldu aromatik yang terbuat dari tulang babi dan kepala udang.

Hidangan mi yang memanjakan lidah ini – perpaduan mi kuning dan bihun tebal  – berisi udang yang berair, cumi-cumi, potongan perut babi, telur, dan lemak perut babi goreng renyah (opsional) yang membuatnya terasa makin lezat. Mie Hokkian disajikan dengan sambal cabai dan perasan air jeruk nipis yang memperkuat citarasa.

Seperti yang disiratkan namanya, Hokkien Prawn Mee adalah hidangan kreasi orang Hokkian. Namun asal-usulnya agak membingungkan.

Ada yang bilang sajian ini awalnya dikenal sebagai Rochor mee karena pertama kali dijual di Rochor Road. Pelaut Hokkian yang pernah bekerja di pabrik-pabrik mi di Singapura pasca-perang akan bergerombol di Rochor Road pada malam hari untuk menggoreng kelebihan mi dari pabrik di atas kompor arang. Ada yang menunjukkan bahwa warung di samping 7th Storey Hotel dekat Rochor Road-lah yang pertama kali mengkreasi hidangan ini.

Namun sebagian berpendapat bahwa Rochor Mee adalah tafsiran Peranakan atas hidangan ini, yang dimasak dengan lebih banyak kuah dan dipadu dengan sambal – versi yang lebih umum saat ini. Mie Hokkian asli semestinya digoreng hingga kering dan dimakan dengan irisan cabai merah.

Namun, terlepas dari cerita mana pun yang benar, Anda wajib tahu bahwa sajian mi yang biasanya dihidangkan di pusat jajanan ini luar biasa lezatnya.

7.     Pho

Ph   dengarkan (bantuan·info) (pho) adalah masakan mi sapi dari Vietnam. Makanan ini berasal dari Hanoi dan menyebar ke selatan hingga ke Kota Ho Chi Minh, dan ke seluruh dunia.

Mi untuk ph disebut bánh ph, dibuat dari tepung beras. Setelah mi dan taugediletakkan di dalam mangkuk, di atasnya diletakkan irisan daging ayam atau irisan tipis daging sapi (mentah atau matang sesuai selera). Bila irisan daging sapi mentah yang digunakan, siraman kuah panas membuat irisan daging menjadi matang. Sebelum dihidangkan, di atas mi ditaburkan irisan daun bawang, daun ketumbar, atau bawang bombay sebagai penyedap.

Kuah dibuat dengan cara menggodok potongan besar daging sapi, tulang sapi, atau buntut sapi dengan perlahan hingga didapat kaldu yang kental, namun bening. Proses pembuatan kuah untuk ph bisa berlangsung berjam-jam hingga sehari semalam. Rempah-rempah untuk kaldu terdiri dari jahe, kayu manis, dan bunga lawang. Ph sering dihidangkan bersama cakwe, dan dinikmati dengan tambahan sambal botol, kecap ikan, cuka, atau perasan jeruk limau.

Secara tradisional, Pho dibuat dengan kaldu sapi, tapi ayam juga telah digunakan sejak tahun 1940-an karena saat itu pendudukan Jepang di Vietnam mengakibatkan kelangkaan sapi.

Sapi memang tidak biasa digunakan pada kuliner Vietnam saat pergantian abad itu karena ternak ternak adalah binatang yang berharga dipakai untuk membantu bekerja. Namun, dengan kedatangan kolonial Prancis yang mengenalkan makanan steak, keberadaan tulang-tulang dan sisa potongan daging akhirnya digunakan untuk membuat sup.

Beberapa pakar makanan, seperti Didier Corlou, mantan kepala koki Hotel Metropole di Hanoi yang telah  mempelajari masakan Pho selama beberapa dasawarsa, berpendapat Pho adalah makanan Vietnam yang dipengaruhi kultur Prancis.

"Nama 'Pho' mungkin berasal dari 'pot au feu' --yang artinya hidangan Prancis," kata Carlou, yang menunjukkan kesamaan sajian bawang bombay panggang khas Prancis dan bawang merah panggang pada Pho.

Teori lainnya, kata Corlou, adalah sewaktu Pho pertama kali dijual oleh penjaja makanan keliling dengan menggunakan mangkuk dan tembikar bakar -- yang di Prancis dinamakan 'coffre-feu', nama itu berasal dari teriakan "feu?" "feu!" untuk mengatakan bahwa mie sup itu tersedia.

Argumen lain mengatakan Pho awalnya berasal dari seorang tukang masak berbakat di kota Nam Dinh, pusat tekstil terbesar di Vietnam pada zaman kolonial di mana orang Prancis dan pekerja Vietnam bekerja bersama. Tukang masak itu membuat sup untuk pekerja asal dua kebangsaan tersebut.

Walau bahan-bahan utama untuk Pho tetap sama, Corlou mengatakan hidangan itu harus terus berkembang. Pada tiga restoran miliknya, Corlou menyajikan Pho salmon dan juga Pho au fois gras atau Pho dengan hati angsa yang dijual dengan harga $10 semangkuk. "Anda tidak bisa menaruh Pho di museum," ujarnya.

Dalam dasawarsa terakhir, versi lokal baru dari makanan klasik seperti lumpia segar yang dibuat dari bihun juga telah berkembang.

Sama dengan Vietnam yang semakin berkembang, keberadaan Pho juga beigtu dan bahkan ada juga Pho yang dijual lebih mahal, contohnya adalah Pho dengan daging sapi kobe yang dijual seharga $40 semangkuk.

Namun, menurut juru masak Vietnam, selain menambahkan lebih banyak daging, tidak ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memvariasikan Pho.

"Pho adalah hidangan yang hebat. Menurut saya, kita harus menghargai bahwa itu adalah milik Vietnam," kata Tracey Lister, direktur Pusat Masakan Hanoi.

"Pho sungguh mewakili sajian asal Vietnam. Itu merupakan makanan yang sederhana namun mutakhir. Sangat elegan dan juga klasik," katanya.

8.     Lamian Mie

Lamian adalah mi tarik ala Tionghoa. Lamian dibuat dengan cara memuntir, menarik, membentangkan, dan melipat adonan tepung terigu  sehingga membentuk benang-benang mi tipis. Panjang dan ketebalan benang mi bergantung kepada berapa kali adonan ini dilipat dan dibentangkan. Cara unik membuat mi ini asli berasal dari Tiongkok. Kitab Songshi Yangsheng Bu (Tionghoa: 宋氏養生部), yang ditulis oleh Song Xu berasal dari tahun 1504, menulis mengenai deskripsi paling awal cara pembuatan lamian.Baik ramen Jepang ataupun ramyeon Korea dipercaya sebagai produk turunan dari lamian Tionghoa.

Catatan tua yang merekam bahwa mie pertama kali dibuat saat jaman Dinasti Han di China tahun 25-200. Kemudian pada tahun 2005, ditemukan mie tertua yang berumur 4000 tahun di daratan China.

Mie tertua yang pernah ditemukan menyerupai Mie La Mian modern di China. La Mian secara harfiah berarti "mie tarik." Mie ini dibuat dengan tangan dan terbuat dari gandum.

Caranya, adonan mie dipelintir dan ditarik sampai panjang yang kemudian dipotong tipis-tipis. Mie jenis ini digunakan dalam sup dan kentang goreng.

La Mian Mie mirip dengan Mie Lo Mein Kanton, tapi jauh lebih tipis daripada kebanyakan Mie Lo Mein yang disajikan di Amerika.
Dikutip dari 
http://www.apakabardunia.com

9.     Mie Titik

Jika anda pernah berkunjung ke Makassar pasti anda akan menjumpai masakan kuliner yang cukup terkenal yaitu Mie Titi. Jika belum menjumpai atau belum menikmati kelezatan mie titi jangan bilang anda sudah pergi ke sana, cobalah mencari di warung-warung sekitar anda atau mintalah petunjuk ke warga sekitar warung mana yang menjual mie titi.

Konon asal muasal dari mie Titi ini awalnya dibuat oleh Ang Kho Tjao yang merupakan seorang warga keturunan Cina yang tinggal di Makassar. Ang Kho Tjao kemudian mewariskan resep kuliner ini kepada ketiga anaknya dan menjadikan Mie Titi mulai terkenal sejak tahun 1970-an. Ang Kho Tjao memberikan pengetahuan tentang resep untuk tiga anaknya yaitu Hengky, ‘Awa, dan Titi.

Setelah Ang Kho Tjao meninggal,  bisnis mie kering dilanjutkan oleh anak-anaknya secara mandiri.  Titi itu adalah yang paling populer di Makassar, maka nama “Mie Titi” menjadi identik dengan mie Makassar kering Makassar. Mie Kering Di Makassar yang terkenal ada 4 yaitu Mie Titi, Mie Awa, Mie Hengky, dan Mie Anto

Sejauh ini yang paling terkenal hingga ke nusantara adalah mie titi…Hingga kini sudah terdapat beberapa cabang di Makasar dan bahkan hingga ke Jakarta. Konon rasa dari mie titi ini cukup istimewa dan tak kan didapatkan pada mie lainnya. Harganyapun cukup kompetitif, hingga saat tulisan ini dibuat untuk 1 porsi mie titi dijual seharga 15 ribu hingga 20 ribu rupiah. Sangat murah jika dibandingkan dengan citarasanya yang istimewa. Penasaran dengan resep mie titi? Berikut resepnya…

10.Mie Jajangmyeon

Halo agan semua, hari ini ane mau menjelaskan tentang sejarah mie korea yang terkenal yaitu Jajangmyeon. tanpa basa basi, langsung cekidot gan!
Jajangmyeon adalah mie korea yang terkenal yang berasal dari masakan china Zha Jiang Mian di wilayah Shandong China. Jajangmyeon ini adalah mie gandum yang dilumuri saus kental dari kedelai hitam, daging yang dipotong kecil, sayuran serta tambahan seafood. Jajangmyeon itu artinya mie saus goreng, Jajang: saus goreng dan Myeon: mie.

Jajangmyeon ini pertama kali dibuat di kota incheon, dimana orang china bermigrasi dan mulai menetap di akhir abad 19. Hidangan tersebut pertama kali dikembangkan di sebuah restoran Cina yang disebut Gonghwachun di Incheon sekitar tahun 1905. Kota Incheon mensponsori 100 tahun kelahiran jajangmyeon" pada tahun 2005.

Jajangmyeon Korea berbeda dari Zha jiang mian di China. Jajangmyeon di Korea menggunakan saus kedelai Korea hitam termasuk karamel, dan bawang sedangkan Cina Zha jiang mian tidak menggunakannya.

Dengan 100 tahun sejarahnya, jajangmyeon disebut salah satu makanan nasional dari Korea Selatan. Jajangmyeon adalah hidangan yang terkenal karena harganya yang murah serta rasanya yang lezat. Pada Maret 2009, enam juta porsi jajangmyeon yang dijual di Korea Selatan per hari, dan terpilih sebagai salah satu dari 100 top simbol budaya Korea oleh Pemerintah Korea Selatan pada tahun 2006.

Jjajangmyeon menggunakan mie tebal yang terbuat dari tepung terigu putih. Mie tersebut dibuat seluruhnya dengan tangan bukan mesin. Mie yang dibuat menggunakan tangan disebut sutamyeon dan dipuji di Korea Selatan sebagai bahan penting dari jjajangmyeon yang baik dan bagus.

Saus jajangmyeon dibuat dengan pasta kedelai gelap yang disebut chunjang. Pasta tersebut terbuat dari kacang kedelai panggang dan karamel, disebut chunjang ketika dipanaskan, sedangkan saus dipanaskan (berisi sayuran dan daging atau makanan laut) disebut jjajang/saus goreng. Chunjang yang digoreng dengan bawang yang dipotong berbentuk dadu, daging sapi atau babi cincang atau seafood, dan bahan lainnya. Ketika memasak saus, biasanya daging ditambahkan untuk mengurangi rasa asin saat chunjang dimasak, dan tepung kentang atau tepung jagung ditambahkan untuk membuat saus menjadi kental. Saus disajikan panas di atas mie, kadang-kadang dengan mentimun mentah yang sudah diiris.

Jjajangmyeon sering disajikan dengan sedikit bawang mentah iris, dibumbui dengan cuka beras, disertai dengan saus Jajang sedikit serta bawang yang diiris yang dicelupkan ke saus jajang. 




Komentar

Postingan Populer